Jayapura DP – Timor
Leste dulunya dianggap sebagai negara yang gagal, miskin, dan bergantung pada
belas kasihan dunia. Tapi lihatlah sekarang: negeri kecil itu menunjukkan
kemajuan dari "kepemimpinan yang melayani", sesuatu yang sudah lama
hilang di Indonesia.
Perdana Menteri Xanana Gusmão bukanlah pejabat yang terkenal
yang sibuk membuat pencitraan. Ia berjalan di tengah-tengah rakyat, menatap
mereka, mendengar mereka, dan bekerja dengan cara yang sederhana. Ia bukan
"bapak bangsa" yang menuntut penghormatan; sebaliknya, ia adalah
pelayan yang memberi contoh. Kejujuran tercermin dalam setiap tindakan yang
ditunjukkan oleh orang-orang di Timor Leste, dan kekuatan dari kejujuran itulah
yang membawa Timor Leste bergerak maju secara bertahap tetapi tetap teguh.
![]() |
Perdana Menteri Xanana Gusmão Bersama Rakyatnya (Foto diambil dari Fanpage FB Xanana ba Ema Hotu) |
Untuk saat ini, Indonesia berada di tengah-tengah labirin
kekuasaan yang penuh dengan drama. Pemimpin datang dan pergi, tetapi hanya
janji dan citra yang tersisa. Mereka berbicara tentang kesejahteraan, tetapi
mereka mengumpulkan kekayaan. Mereka berbicara atas nama rakyat, tetapi mereka
menipu amanahnya. Negeri besar ini terjebak dalam kemewahan palsu, di mana
posisi lebih penting daripada etika dan kebenaran.
Meskipun Timor Leste tidak memiliki sumber daya sebanyak
Indonesia, kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya merupakan beban yang lebih
besar. Selain itu, kepercayaan adalah sumber energi kemajuan yang tidak dapat
dibeli dengan proyek bernilai triliunan. Mereka membangun martabat, bukan
menara. Mereka menanamkan disiplin dan kejujuran, bukan hanya pertumbuhan
ekonomi.
Orang-orang di Indonesia sudah terlalu sering ditipu oleh
wajah-wajah politik yang manis. Birokrasi diatur seperti bisnis keluarga,
partai politik diubah menjadi mesin perdagangan, dan jabatan diubah menjadi
barang yang dapat dibeli. Saat ini, istilah "melayani" hanya
merupakan slogan di spanduk. Meskipun demikian, negara sebesar apa pun akan
runtuh dari dalam tanpa semangat melayani.
Tidak diragukan lagi, Timor Leste memilih jalan yang tidak
disukai: memimpin dengan hati! Mereka tidak tergoda untuk meniru gaya mewah
yang dimiliki negara lain. Mereka menyadari bahwa kekuatan sebuah negara tidak
ditentukan oleh panjang jalur kereta apinya, tetapi oleh kemurnian hati para
pemimpinnya. Oleh karena itu, mereka tumbuh dengan cara yang benar, memiliki
rasa malu yang masih ada, dan memiliki nurani yang tidak terjual.
Jika pendekatan ini dilanjutkan, mungkin Timor Leste akan
melampaui Indonesia dalam beberapa dekade ke depan—bukan hanya dari segi
populasi atau kekuatan ekonomi, tetapi juga dari segi kepemimpinan dan
kehormatan nasional.
Ketika hari itu tiba, dunia akan menyaksikan paradoks
terbesar di Asia Tenggara: negara-negara kecil yang pernah dijajah oleh
Indonesia sekarang tampil lebih bermoral, bersih, dan percaya diri.
Karena orang yang jujur selalu menang dalam sejarah. Selain itu, kejujuran saat ini mendorong Timor Leste untuk lebih maju. (red)


FOLLOW THE dilipost.com AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow dilipost.com on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram